Bukan menegur itu namanya

11.49

Ahh kejadian tadi mesjid itu membuat saya berpikir kesana kemari. Jadi ingat ketika mondok ustadzah selalu mengingat untuk menjaga akhlaq kita, percuma jika kita rajin ibadah namun akhlaq kita tidak di jaga. Dan kejadian shalat subuh di mesjid itu serasa menampar saya dengan kerasnya.
Menegur itu wajib, tapi menjaga perasaan orang lain tidak kalah penting
Pada dasarnya yang dilakukan Akhwat itu memang salah dengan tidak mengikuti aturan di mesjid, dan memang secara etika ketika berada di tempat beribadah ponsel harus di matikan. Namun, yang saya sesalkan kenapa harus menegur ketika sesudah shalat. Dan posisinya diruangan itu masih banyak orang *ialah banyak orang wong baru beres salam langsung dicerca*. Padahal Islam saja sudah mengatur sedemikian indahnya etika ketika menegur orang yang salah. Kamu merasa bangga gituh dengan keberanian penuh dan muka masam menegur Akhwat itu? Astagfirullah. Allah saja yang sudah tau buruk-buruknya kita masih menegur dengan halus, malah masih menutupi aib kita.

Jadi teringat Tausiyah yang di berikan rekan kantor saya jum'at kemarin. Kita sebagai umat beragama harus menjaga perasaan orang lain. Sebelum kita berbicara kita harus berpikir apakah yang kita ucapkan itu akan menimbulkan hal positif atau sebaliknya. Learn to listen before you speak.

“Barangsiapa yang menasehati seseorang dan hanya ada mereka berdua, maka itulah nasehat yang sebenarnya. Barangsiapa yang menasehati saudaranya di depan banyak orang, maka yang demikian itu mencela dan mencelakan orang yang dinasehati.”

Guru saya selalu mengingatkan tentang itu. Jika ada seseorang yang salah maka tegurlah dengan cara yang baik, objektif dan lemah lembut.  Tegurlah di tempat yang tidak ramai dan sebaiknya berdua saja, karena jika menegur di tempat yang ramai maka itu bukan teguran tapi mempermalukan saudara sendiri. Masya Allah ustadzah aku kangen jadinya. Itu yang sampai saat ini saya pegang.

Memberikan nasehat dengan tutur kata yang baik juga tidak kalah penting. Hal ini diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS saat berdakwah kepada Fir’aun. ''Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.'' (QS Thaha:44).

Masya Allah, Islam itu sungguh luar biasa bahkan untuk menegur atau menasehati saja Allah atur etikanya sedemikian rupa.ُ
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢُ ﺑﺎﻟـﺼـﻮﺍﺏ

Semoga kita termasuk orang-orang yang menjaga Akhlaq dan selalu berusaha memperbaiki agar memiliki pribadi sebaik Rasulullah, karena beliau adalah sebaik-baiknya akhlaq.

Dhita Aristiariny 
Bukan hanya keberanian tapi etika juga sangat di perlukan

You Might Also Like

0 komentar