Aku kayak gituh yah?

11.13

"Ehh kenapa si ndit mah nggk mau diem yaah?"

"si ndit mah orangnya teh cerewet"

"dia (Red:ndit) orangnya SKSD"

Dan rentetan komentar lain yang menurut saya bukan komentar negatif sih. Tapi, sebagian teman saya berpikiran bahwa mereka yang berkomentar itu iri. Namun saya tidak sedikit pun tersinggung karena itu semua benar adanya.

Saya seorang yang gampang berbaur sebenarnya. Tapi terkadang suka menutup diri juga. Tidak pernah mau jujur tentang yang sebenarnya. Jadi tergantung situasi orang dan lingkungan. Kalau memang bagus saya akan lebih cepat berbaur. Jadi, jangan heran kalau saya langsung akrab dengan orang yang beberapa menit baru kenal, apalagi orangnya yang di ajak kepalanya sama kayak saya. Hahaha.

Sebenarnya humble itu sangat di perlukan loh. Apalagi yang kerjanya di dunia marketing seperti saya, melayani customer agar nyaman ketika bertransaksi dengan kita. Enggak mungkin yah kita menghadapi customer dengan muka judes, nanti pada kabur cari tempat lain. Hihihi


Tapi, humble disini harus punya batasan, karena apapun itu harus punya batas wajarnya. Enggak mau kan nanti disangka tidak menjaga sopan santun karena usaha kita yang ingin berbaur. Jangan sampai bikin orang lain ilfeel melihat tingkah laku kita. Dan yang paling penting jangan di buat-buat. Natural saja. Karena humble itu satu karakter yang jika di buat-buat akan terlihat lebay.

Hayoh, siapa yang mau akrab dengan siapa saja? Banyak teman? Tapi perlu diingat yahh semakin kita banyak teman yang menyukai kita pasti bakal ada teman yang tidak menyukai sikap kita. Buka bermaksud suudzon yaah. Rasulullah aja yang akhlaqnya sudah luar biasa ada hatersnya, apalagi kita yang masih ecek-ecek banyak khilaf dan dosa.

Dhita Aristiariny 
Humble? Why not.

You Might Also Like

0 komentar