Malam ini langit begitu menampakkan kemurungannya. Di temani rintikkan hujan aku menyusuri jalanan di tempat aku tinggal. Berawal dari keinginan untuk mencari makan aku paksakan untuk untuk menembus hujan yang ternyata semakin lebat. Tujuan ku hanya satu ke tempat nasi goreng langganan ku di depan komplek rumah.
Sesampainya di tempat nasi goreng tanpa di sangka dan di duga, abang yang biasa jualan tidak ada. Sedikit kecewa tapi aku lanjutkan langkah kaki ini menyusuri jalan. Kali ini keinginan ku berpindah, mencari nasi ayam timbel.
Di tengah perjalanan aku menemukan seorang pedagang memanggul dagangannya dengan memakai payung. Sedikit iba awalnya. Lalu aku beranikan diri untuk menanyakan apa yang abang jual. "abang jual apa?" dia pun menjawab "nasi goreng" ahh ternyata dia menjual nasi goreng. Akhirnya ada tukang nasi pikirku. Melihat abang tukang nasi goreng tetap melanjutkan perjalanannya, aku pun memanggil abang itu dengan sedikit teriakan dan bertanya "abang, nasi gorengan masih ada?" lalu dia menjawab "ada masih banyak" sontak aku pun bilang "mau".
Dan apa yang terjadi, pedagang itu pun tidak merespon sama sekali. Aku pikir dia akan meminggirkan dagangannya untuk melayani pesanan. Namun ternyata dia tetap melanjutkan perjalanannya tanpa terlihat ada niatan untuk berhenti. Dan aku hanya bisa menatapnya heran. Apa yang salah atas ucapanku? Apa abang itu tidak mengerti atas apa yang aku ucapkan? Ahh sudahlah mungkin abang itu sedang asyik menikmati rintikkan hujan yang menemaninya dalam mencari nafkah.
Jangan serius banget baca ceritanya ini intermezo saja biasa tulisan saya serius badai hahahahahhaha
NB: Akhirnya aku membeli nasi timbel ayam untuk makan malam ini. Dan bapau pun menjadi pelipur lara dalam kekecewaan nasi goreng itu. Secara sudah sekian lama ngeceng bapau yang sering lewat depan rumah tapi nggak pernah keberhentiin mulu.
Ini cerita apa? Ini cerita malam saja hahaha. Nggak jelas? Biarin ajaaa Loh
Dhita Aristiariny
Karena Allah yang tidak pernah membuat aku kecewa
Hari ke-7 #30DWC