Takdir Dia, itu saja!

19.53

Ini adalah kisah tentang perjuangan seorang ibu. Kisah ini berawal ketika ibu tersebut sedang berjuang melahirkan anak pertamanya. Dia pun rela dengan mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran buah hati tercinta. Dan ini adalah sebuah kisah dari seorang kaka yang luar biasa untukku.

Tepat satu tahun yang lalu, beliau yang sedang berjuang menahan sakit akibat kontraksi pra melahirkan. Lirih sakit pun berganti dzikir. Dia berpikir saat itulah dimana dia merasa mengingat Allah dan Rasul sebanyak-banyaknya. Manusia penuh dosa ini,tak lagi memiliki asa. namun, dia berjalan yakin dengan kepasrahan takdir Allah. Dan dia teringatkan pada tragedi itu.

Tragedi dimana dia yang tidak sadarkan diri untuk beberapa waktu.
Sesekali teteh melihat orang-orang disekililingnya menangis. Mama yg saat itu histeris, terus berusaha menyadarkan dia. Dengan segala upayanya mama terus mengingatkan dia untuk selalu mengingat Allah. Dan upaya itu tetap tidak membuat teteh tetap tersadar. Dan teteh kembali tidak sadarkan diri.

Pada saat itu teteh tersadar kembali. Keadaan semakin tidak terkendali karena pada saat itu juga teteh diharuskan untuk dibawa ke rumah sakit.Dalam kondisi seperti itu, teteh masih bisa- bisanya memberikan intruksi untuk dipulangkan kerumah saja. Kemudian teteh tak sadarkan diri kembali.
Sampai tiba dipembaringan blangkar, genggaman itu kuat sekali, teteh yang merasa dibangunkan oleh tiupan angin yg begitu dingin merasuk kejiwa. Teteh bercerita bagaimana hawa itu masih terbayang. Bagaimana aroma tanah tercium begitu dekat. Iya benar, suasana kuburuan. Angin, bau dan suara pepohonan yg riuh serta kicauan burung khas itu.

Teteh melihat kepasrahan dimata suami dan mama pada saat itu yg berjuang belajar untuk ikhlas. Mama yg saat itu sedang mengotak-ngatik nomer telepon di handphonenya, karena ingin memberitahukan untuk menyiapkan tempat pemakaman. Dan saat itu teteh sadar,  hanya selangkah lagi menuju kematian. Mulutnya terasa terkunci. Mereka pun memandang teteh  dengan air mata yg tak henti berderai.

Teteh yang mencoba mengatakan sesuatu, karena takut sebentar lagi terakhir dia tidak sadarkan diri.
" Ya Allah.. aku ridho atas kematian ini, sungguh aku bahagia sekali ingin bertemu dengan Mu, sudah lama kunantikan saat saat spt ini. Aq begitu merindukan Rabbku. Aq bisa menemui Mu dalam keadaan memiliki pahala syahid. Kapan lagi ya alloh??? Jika aq di beri umur pun. Aq takut mati dalam keadaan berdosa" ucapan teteh saat itu.

Peristiwa itu begitu membekas sampai saat ini, dan Allah pun menjawab segala doa orang-orang terkasih. Dia mengijinkan teteh mengurus khalil. Mengurus bayi yang dilahirkan dengan perjuangannya luar biasa. Karena begitu terlahir harus terpisah beberapa hari dengan kedua orang tuanya.

Khalil bayi pun sudah belajar dan praktek bahwa alloh lah tptnya kita berpegang. Ilmu tauhid pertama yg khalil dapet. Kini hadirnya membawa keberkahan tersendiri. Ia sebagai cambuk untuk kehidupan ku yg terus berpacu dengan waktu. Dalam dirinya ada lapis lapis keberkahan. Dimana memburu berkah,amat berat, tapi justru di dalam nya lah ada banyak rasa nikmat.

Kisah yang menjadi pelajaran begitu tentang perjuangan seorang ibu yang melahirkan anaknya. Dengan menikmati setiap proses yang sedikit menyakitkan. Namun, dia tetap jalani semua itu dengan ikhlas. Dengan harapan sang anak dapat dilahirkan dengan selamat.

Dan ini sebuah kisah yang menjadikan aku sadar bahwa perjuangan seorang ibu tidaklah mudah. Dimana saat mereka kepayahan menopang berat kita selama 9 bulan. Menahan sakit ketika melahirkan. Terjaga dikala malam. Dan tidak lelah mengurus kita sampai saat ini.

Untuk Mama, malaikat kehidupan ku. Terima kasih atas perjuangan dan usaha dalam melahirkan aku ke dunia ini. Terima kasih atas segala yang Mama berikan. Bahkan saat itu Mama sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri. Terima kasih telah menjadi ibu dan bapak dalam membesarkan aku.

Dan tidak lupa kepada teteh -Ummu Khalil- yang selalu menjadi inspirasi dalam kehidupanku. Terima kasih atas setiap rangkulan dan nasehat untuk menjadi baiknya hidup ini.

Dhita Aristiariny 
Insya Allah siap menjadi ibu yang baik
Hari ke-24 #30DWC

You Might Also Like

0 komentar