Perjalanan

HAI TUAN.
sudah lama kita tak bersua dalam lamunan, membayangkan satu sama lain walau sangat sulit untuk tergambarkan.

HAI TUAN.
bahkan jendela-jendela berembun itu tidak bisa menggambarkan ketidaktahuan akan sosok mu yang masih tertutup waktu

HAI TUAN.
udara yang berhembus dan debu yang berterbangan itu menjadi jarak antara kita

HAI TUAN.
satu yang perlu kamu tau, hanya sebuah alunan kata yang menjadi penyampai rinduku padamu, sebuah do'a yang menembus lorong waktu

HAI TUAN
ketika aku dan kamu satu dalam lembaran takdir yang sama, kuharap ini menjadi pertanda bahwa cinta Allah pun semakin dekat

HAI TUAN.
suatu saat kita akan bertemu ketika kita sama-sama sudah siap menjemput takdir yang telah tertuliskan di alam ruh

HAI TUAN.
aku menunggu mu untuk segera bertemu dan menunggu mu untuk segera mengucapkan perjanjian dengan Tuhan ku itu.

Dikit-dikit belanja ke swalayan.
Dikit-dikit makan di luar.
Lihat baju bagus dikit beli.
Lihat sepatu merek ternama lagi diskon 70% beli.
Lihat tas keluaran terbaru beli.
Dan ketika sampai dirumah baru tersadar apa yang di beli belum terlalu butuh.

ASTAGFIRULLAH!!!
Aku boros kembali.

Inilah yang sering saya alami bahkan sebagian besar juga pasti pernah merasakannya. Belanja atau membeli barang-barang yang kita inginkan adalah me time buat diri sendiri. Kalau saya bilang itu refreshing dan cara membahagiakan diri setelah menjalani aktivitas yang gitu-gitu saja setiap harinya *pembenaran yag tidak diperbolehkan*hehe. Dan dampaknya ini terjadi pada sifat yang kurang baik, yaitu hidup boros. Padahal jelas-jelas Allah tidak menyukai hal tersebut.

Seorang Rasulullah saja selalu bersikap sederhana dalam kehidupannya. Lalu kita yang yang bukan siapa-siapa mengingankan hidup yang serba wah. Astagfirullah.

Sosok Rasulullah ini adalaah sosok yang sederhana. Hidupya sangat bersahaja tidak berlebih-lebihan, tidak bermewah-mewahan dan tidak boros. Beliau tidak pernah menumpuk harta. Apalagi menghalalkaan segara cara untuk mendapakan kekuasaan dan kenikmatan duniawi. Menurut sebuat riwayat, Rasulullah hanya memiliki sebuah harta yang paling mewah berupa sepasang alas kaki berwarna kuning hadiah dari Negus Abbisinia.

Walaupun dulu beliau sudah menguasai jazirah arabia, namun beliau tetap menjadi pribadi sederhana dan jauh dari kemewahan.

Saya sendiri malu dengan apa yang Allah berika sampai saat ini. Kenapa? karena saya belum bisa menjalankan amanat dengan baik dari Allah ketika dititipkannya harta. Saya masih sering ber-hedon ria. beli ini, beli itu yang bahkan tidak melulu saya butuhkan. Setiap bulannya selalu catatan keluar masuk uang tapi tetap saja selalu ada yang over bughet dan ada pengeluaran yang sebenarnya tidak saya perlukan.

Yuks, teman-teman mulai dari sekarang belajar pintar mengelola keuangan sendiri, khususnya bagi para ukhti-ukhti canshol. Ini akan sangat bermanfaat ketika kita sudah menyandang status istri, karena salah satu amanat dan tanggung jawab seorang istri ialah dapat menjaga harta suaminya dengan cara tidak menghambur-hamburkan ke suatu hal yang tidak penting dan tidak mendapat manfaatnya sama sekali. Mari contoh ala hidup Rasulullah, dengan hidup sederhana.

Terlahir menjadi mojang Bandung yang terkenal Geulis a.k.a cantik *eh* tidak selalu membuat saya selalu PEDE alias percaya diri. Dilahirkan diantara keempat kaka laki-laki dan satu kaka perempuan terkadang membuat saya merasa berbeda dibanding dengan kaka-kaka yang lain.

Pada 6 Desember 1995 mama saya berjuang melahirkan saya dengan susah payah dengan mempertaruhkan segenap jiwa dan raganya agar saya bisa lahir ke dunia. Lalu saya pun tumbuh menjadi anak ceria yang super centil dan sedikit manja *sedikit aja*.